FISIKA SMA 2 MENUJU PEMBELAJARAN ONLINE

Selasa, Januari 08, 2008

bom atom

SISI GELAP NUKLIR


Bom Atom,



ISU senjata nuklir masih jadi isu panas menyusul terjadinya konflik antara Iran dan Amerika Serikat. Iran menegaskan bahwa program pengayaan uranium yang dilakukannya ditujukan untuk pembangkit listrik, sementara Amerika Serikat bersikeras menuding Iran tengah berupaya mengembangkan senjata nuklir. Menurut Amerika Serikat, Iran tidak memiliki kebutuhan mendesak akan sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir.



Sebagai negara penandatangan Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) atau perjanjian untuk tidak menyebarluaskan senjata nuklir dan teknologi pembuatannya, Iran sebenarnya memiliki hak yang dijamin oleh perjanjian tersebut untuk mengembangkan sebuah pengadaan energi dari reaksi nuklir. Namun, pengadaan energi ini harus berada di bawah pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency, IAEA). Teknologi yang dikembangkan untuk memperoleh energi demi kepentingan sipil dan militer memang berbeda dan IAEA bertujuan untuk membatasi program seperti pengayaan Uranium agar tidak mencapai tingkat yang dapat digunakan untuk pembuatan senjata nuklir.




Teknologi senjata nuklir
Sebuah senjata nuklir memanfaatkan energi yang dilepaskan dalam suatu proses fisi atau fusi nuklir. Di dalam proses fisi, satu inti atom membelah menjadi dua inti atom yang massanya lebih ringan dan menghasilkan energi. Senjata yang diciptakan dari reaksi fisi ini biasanya disebut bom atom.
Kebalikan dari reaksi fisi adalah reaksi fusi nuklir. Reaksi inilah yang terjadi di matahari dan menyebabkan matahari tetap bersinar hingga saat ini. Dalam reaksi fusi, dua inti atom bergabung menjadi satu inti atom yang lebih berat. Energi yang dihasilkan berasal dari perbedaan energi ikat partikel-partikel penyusun inti. Bom yang diciptakan dari reaksi fusi nuklir sering disebut bom hidrogen. Bom jenis ini memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi dibandingkan bom atom dan mampu menciptkan ledakan ratusan ribu kali lebih kuat dari bom atom.
Dua bom atom yang pernah benar-benar digunakan dalam perang adalah Little Boy dan Fat Man. Kedua bom atom ini dijatuhkan dari Bomber B-29 di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada Perang Dunia II. Kedua bom atom awal ini memiliki ukuran yang besar sehingga satu B-29 hanya mampu mengangkut satu bom atom. Selain itu, bom atom ini juga membutuhkan personel yang terlatih untuk dapat mengaktifkannya. Oleh karena itu, riset militer pasca-perang lebih mengarah pada penciptaan bom nuklir yang lebih sederhana dan efisien dalam ukuran serta kapasitas ledak.
Pada tahun 1960-an sebuah roket baru yaitu Misil Balistik Antarbenua (Intercontinental Ballistic Missilles, ICBMs) berhasil dikembangkan. Seiring dengan miniaturisasi bom nuklir, ICBMs menjadi misil yang ampuh sebagai senjata pengancam pada era Perang Dingin. Sebuah bom nuklir dapat disimpan dalam hulu roket dan ditembakkan dari jarak jauh.
ICBMs membutuhkan waktu puluhan menit untuk mencapai target sejak diluncurkannya. Waktu ini dianggap cukup lama sehingga pihak musuh dapat merespons serangan tersebut. Oleh karena itu, pihak militer pun mengembangkan Kapal Selam Peluncur Misil Balistik (Submarine-Lauched Ballistic Missilles, SLBMs). Meskipun SLBMs memiliki jarak jangkau lebih pendek dari ICBMs, SLBMs dapat ditempatkan di dekat target dan melakukan serangan cepat sehingga menimbulkan kerusakan yang lebih hebat.
Efek senjata nuklir
Sejak pembuatan dan pengembangannya, tercatat kurang lebih 2.000 uji coba nuklir telah dilakukan oleh beberapa negara. Amerika Serikat adalah negara dengan jumlah uji coba nuklir terbanyak, yaitu 1.054 kali. Adapun Uni Soviet (kini Rusia) adalah negara yang pernah melakukan uji coba nuklir dengan kekuatan ledak terbesar. Pada Oktober 1961, Uni Soviet meledakkan bom hidrogen ‘Tsar Bomba’ yang kekuatannya setara dengan 50 megaton TNT. Efek ledakan ini menciptakan kebakaran tingkat 3 dalam radius 100 km dari pusat ledak.
Bom hidrogen yang pernah diledakkan oleh Amerika Serikat pun tidak kalah hebatnya. Pada tahun 1952, sebuah prototipe bom hidrogen setinggi 20 m dengan massa 64 ton, meskipun hanya menciptakan ledakan dengan kekuatan seperlima kekuatan ‘Tsar Bomba’, mampu menciptakan cerukan di dasar laut selebar 1,94 km dan sedalam 50 m.
Selain itu, sebuah uji coba nuklir yang dilakukan Amerika Serikat pernah berakibat fatal. Pada tanggal 28 Februari 1954, Amerika Serikat meledakkan bom hidrogen Castle Bravo di pulau Marshall. Di luar kendali, bom itu meledak dengan kekuatan yang lebih besar dari yang telah diperhitungkan. Dengan tambahan kondisi cuaca yang buruk, awan radioaktif dari ledakan tersebut menyebar seluas 18.000 km2 dan mencemari pulau Marshall serta sebuah kapal nelayan Jepang yang tengah mengangkut berton-ton ikan. Penduduk pulau Marshall kemudian dievakuasi dan pulau tersebut tidak dapat dihuni lagi hingga sekarang. Tahun-tahun setelah itu, penduduk pulau Marshall banyak yang terjangkiti kanker dan para wanitanya melahirkan bayi cacat. Sementara itu, para nelayan Jepang yang terkena radiasi kembali ke pangkalan dengan luka bakar dan mual-mual akibat radiasi. Berton-ton ikan yang mereka bawa sempat masuk ke pasaran. Setelah diketahui bahwa ikan-ikan itu terkontaminasi, penduduk Jepang menolak untuk memakan ikan selama beberapa minggu.
Dari kejadian-kejadian akibat uji coba nuklir tersebut, efeknya tidak dapat dibandingkan dengan efek yang terjadi pada peledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Antara 100.000 hingga 200.000 orang tewas seketika dan puluhan ribu lainnya tewas akibat leukemia, kanker, muntah-muntah, dan diare yang diakbatkan oleh radiasi bahan radioaktif. Radiasi ini juga dapat menyebabkan katarak, kebotakan, dan kemandulan.
Dalam satu ledakan bom nuklir, jumlah energi yang besar terlepas dalam beberapa bentuk, yaitu 40 - 60 persen menjadi ledakan, 30 - 50 persen menjadi radiasi panas, 50 persen menjadi radiasi ionisasi, dan 5 - 10 persen menjadi debu radioaktif sisa.
Energi awal sebuah ledakan nuklir dilepaskan dalam bentuk radiasi sinar gamma dan partikel neutron. Radiasi ini diserap material di sekeliling bom hingga memanaskan material-material tersebut dan membakarnya untuk membentuk bola api rakasasa dalam waktu sepersejuta detik.
Oleh karena suhu yang sangat tinggi (hingga 300 juta derajat Celsius), semua material di dalam bola api akan berubah wujud menjadi gas dan menciptakan suatu perbedaan tekanan yang tinggi yang pada akhirnya membentuk gelombang kejut. Gelombang kejut ini dapat menjalar hingga belasan kilometer dan menghancurkan apapun yang dilewatinya.
Selain dari jalaran gelombang kejut, ledakan nuklir juga menjalarkan panas yang dapat membakar apapun yang dapat terbakar saat dilewatinya. Di Hiroshima jalaran panas ini berlangsung selama 20 menit dan menghancurkan gedung serta rumah-rumah yang dilewatinya.
Radiasi sinar gamma yang dihasilkan dari sebuah ledakan nuklir dapat menumbuk partikel atmosfer sehingga menciptakan elektron berenergi tinggi. Elektron ini dapat tertangkap oleh medan magnetik bumi dan menciptakan pulsa elekrtomagnetik. Pulsa ini dapat menimbulkan tegangan tinggi pada kabel-kabel listrik dan menghancurkan peralatan elektronik. Selain itu, udara yang terionisasi dapat menggangu lalu-lintas gelombang radio. Efek ini bisa terjadi dalam skala luas, yaitu hingga skala benua.***
Ismail, S.T.Alumni Fisika TeoriInstitut Teknologi Bandung

2 komentar:

They Bud mengatakan...

Terima kasih atas postingannya,, ilmu saya kian bertambah dengan membana dan menyimak artikel ini,
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua

RifkyMedia™ mengatakan...

Mengerikan sekali produk perang satu ini